KBIHU dan Civil Society Haji

  • MAQDIS
  • Aa Herdiansyah
  • 71
...

KBIHU adalah mitra strategis pemerintah dalam bimbingan haji, namun sering disalahpahami hanya mengejar keuntungan. Faktanya, banyak KBIHU memberikan manasik lebih dari standar tanpa biaya tambahan, membantu jamaah lansia mengurus dokumen, dan tetap sabar mendampingi jamaah di tengah kekacauan sistem syarikah tahun 2025. KBIHU hadir bukan hanya sebagai pembimbing teknis, tapi juga sebagai penenang dan penjaga spiritual jamaah.

Sadar atau tidak, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) merupakan representasi civil society dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji. KBIHU diberi kewenangan oleh Undang-undang untuk membantu pemerintah dalam melakukan bimbingan dan pendampingan kepada jemaah haji. Dengan demikian, KBIHU menjadi mitra strategis pemerintah dalam menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji dari tahun ke tahun.

Dalam kenyataannya, KBIHU sering dijustifikasi negatif dalam melakukan perannya membantu para Dhuyufurrahman meraih kemabruran. Peran KBIHU sering dikerdilkan seakan hanya berorientasi pada keuntungan materi semata. Berikut kami sampaikan beberapa fakta yang kami saksikan dan rasakan terkait peran KBIHU dalam Penyelenggaraan Haji Tahun 2025.

Pertama, KBIHU wajib melakukan bimbingan manasik haji di Tanah Air minimal 14 kali, terdiri dari 12 kali teoritik dan 2 kali praktik. Pada kenyataannya, sangat sedikit KBIHU yang hanya melakukan bimbingan sebanyak 14 kali, mayoritas KBIHU melakukan bimbingan manasik lebih dari 16 kali, bahkan ada yang mencapai 24 kali. Sebagian besar KBIHU bahkan melakukan itu tanpa menambah biaya yang sudah disepakati sejak awal untuk 14 kali bimbingan.

Pastilah KBIHU memiliki alasan yang kuat kenapa melakukan bimbingan melebihi angka standar bimbingan minimal yang telah ditetapkan pemerintah. Semangat para kyai di KBIHU bukanlah berorientasi pada profit, namun lebih pada nilai spiritual menghantar jemaah meraih mabrur.

Meski demikian, kita tidak menutup mata, ada KBIHU yang profit oriented. Keinginan membekali jemaah haji dengan ilmu manasik, tentang hikmah haji, dan nilai-nilai spiritual lainnya, dengan tujuan agar jemaah haji memahami rangkaian dan nilai-nilai ibadah ibadah yang akan dilaksanakan dalam berhaji. Itulah yang menjadi semangat utama KBIHU.

Kedua, tingginya persentase jumlah jemaah lansia yang notabene tidak hirau dengan dokumen pribadi sebagai persyaratan dalam pembuatan paspor, menjadi salah satu potensi masalah dalam kesusksesan penyelenggaraan ibadah haji. Tidak sedikit KBIHU melakukan pendampingan kepada jemaah dalam mengurus dokumen persyaratan dengan membangun komunikasi yang baik dengan pihak terkait agar persyaratan administratif jemaah bisa terpenuhi.

Tidak mudah membangun relationship, dengan pihak dukcapil umpamanya, untuk melakukan updating data kependudukan agar mendapatkan satu identitas yang sama di semua dokumen persyaratan jemaah. Bagi KBIHU, hal seperti ini sudah merupakan kewajiban yang seakan menjadi sebuah kebiasaan untuk mereka lakukan. Kita bisa bayangkan betapa susahnya melakukan pengurusan dokumen seperti Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk atau akte kelahiran bagi para lansia namun KBIHU dengan telaten membantu para lansia untuk melengkapi persyaratan dan dokumen pribadi jemaah haji.

Ketiga, dengan perubahan pengelompokan jemaah dari semula berbasis kloter menjadi berbasis syarikah membawa dampak yang sistemik kepada semua aspek layanan. Tidak sedikit kloter yang tercerai berai dengan berbeda hotel, pasangan suami-istri yang terpisah, pendamping terpisah dengan yang didampingi, petugas kloter terpisah dari jemaah, pembimbing terpisah dengan yang dibimbing.

Saat pemberangkatan jemaah dari Madinah menuju Makkah, ada juga jemaah tertinggal dan diberangkatkan secara terpisah pada waktu yang berbeda. Dalam kondisi ini, KBIHU mengambil peran dengan menenangkan jemaah. Walau tidak sedikit jemaah yang marah dan melampiaskan emosi, namun para pembimbing KBIHU tetap menjaga keutuhan hati mereka.

Keempat, saat sebagian jemaah mengalami keterlambatan untuk diberangkatkan dari hotel di Makkah menuju Arafah, serta pergerakan dari Arafah menuju Muzdalifah, dan Muzdalifah menuju Mina, para pembimbing KBIHU juga ikut menenangkan jemaah. Pada situasi ini, para Kyai dan Ibu nyai dari KBIHU mengambil peran masing-masing untuk memberi pengertian kepada jemaah.

Para pembimbing KBIHU juga lelah dengan situasi yang terjadi. Namun, memelihara keutuhan jemaah merupakan harga mati, sebagai bentuk pertanggungjawaban yang mutlak mereka lakukan.

Hafidz (bekerja di Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah)


Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR