Forum Komunikasi KBIHU: Haji 2025 Ujian Kesabaran

  • MAQDIS
  • Aa Herdiansyah
  • 213
...

Ketua Umum DPP PFK KBIHU, KH Manarul Hidayat, menyebut haji 2025 sebagai musim yang istimewa karena penuh ujian kesabaran, seperti pemisahan tempat tinggal jamaah. Ia menekankan pentingnya peran KBIHU dalam membimbing jamaah untuk tetap sabar dan tidak membawa keluhan sepulang haji. KBIHU juga diingatkan untuk memperbaiki manajemen internal dan terus memperkuat koordinasi. Usulan rasio pembimbing dikurangi dari 1:135 menjadi 1:90 agar lebih efektif. Sekjen PFK KBIHU, Cepi Supriatna, menegaskan bahwa KBIHU berperan penting dalam memastikan kesahihan ibadah, bukan sekadar aspek teknis layanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Perkumpulan Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (DPP PFK KBIHU), KH Manarul Hidayat, menilai penyelenggaraan haji tahun 1446 H/2025 M sebagai salah satu musim haji paling istimewa, meski diwarnai berbagai tantangan.

Menurut Kiai Manarul, keistimewaan haji tahun ini bukan dilihat dari sisi fasilitas atau teknis, melainkan karena ujian kesabaran yang begitu besar.

Salah satu contoh yang mencolok adalah adanya pemisahan tempat tinggal antara anggota keluarga seperti suami-istri, anak dan orang tua, hingga satu kelompok yang tersebar di beberapa hotel berbeda.

“Ini adalah ujian kesabaran. Di sinilah pentingnya peran KBIHU. Apapun yang dihadapi di Tanah Suci, kami doktrinkan kepada jamaah bahwa semuanya harus dihadapi dengan sabar,” ujar

Jamaah haji Indonesia antre memasuki bus Shalawat seusai beribadah di Masjidil Haram di terminal Shib Amir, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (21/6/2025). Operasional bus Shalawat akan berhenti per 2 Juli 2025 yakni pada saat jamaah haji Indonesia terakhir berada di Makkah. 

Kiai Manarul bahkan menggambarkan bahwa kesabaran adalah modal utama yang harus dibawa jamaah sejak dari Tanah Air. “Kalau bawa sabar 10, baru sampai asrama haji bisa sudah hilang semua. Mulai dari antre WC sampai ngambek karena AC,” ucap dia.

Dalam konteks pembinaan, PFK KBIHU menegaskan bahwa segala hal buruk yang terjadi di Tanah Suci sebaiknya tidak dibawa pulang menjadi bahan keluhan di Indonesia.

“Kita sudah doktrinkan kepada jamaah, apapun yang tidak baik di Tanah Suci tidak boleh diutarakan kembali di Indonesia,” kata Kiai Manarul.

Lebih lanjut, dia pun menekankan pentingnya perbaikan di sisi internal KBIHU, terutama dalam hal penyempurnaan manajemen.

Meski saat ini hampir 2.000 KBIHU di seluruh Indonesia telah solid dan kompak, ia menekankan pentingnya koordinasi dan komunikasi yang terus diperkuat.

“Kita bukan penyelenggara haji. Tugas kita hanya pembinaan, bimbingan, dan pendampingan. Tapi kami adalah anak kandung resmi dari Kementerian Agama sesuai dengan UU Nomor 8 Tahun 2019,” jelas Kiai Manarul.

Kiai Manarul juga menyoroti pentingnya posisi KBIHU dalam menjaga kesahihan ibadah jamaah haji. Menurut dia, fasilitas mewah seperti hotel dan makanan tidak menjamin sahnya ibadah, jika prosesi seperti thawaf, sa’i, dan lontar jumrah tidak dilakukan dengan benar.

“Di sinilah kehadiran KBIHU menjadi sangat vital. Kami adalah organisasi yang menentukan sah tidaknya ibadah jamaah,” ucap dia.

Salah satu yang juga menjadi poin penting dalam Rakernas ini adalah usulan perubahan rasio pembimbing terhadap jamaah. Saat ini, satu pembimbing mendampingi 135 jamaah, yang terbagi dalam tiga bus. Menurut Kiai Manarul, beban ini terlalu berat dan kurang efektif.

“Kami sudah mengusulkan agar satu pembimbing mendampingi maksimal 90 orang, atau dua rombongan. Ini agar tugas pembinaan dan bimbingan bisa dilakukan lebih optimal,” kata dia.

Sekjen DPP PFK KBIHU, Cepi Supriatna menambahkan, Rakernas kali ini bukan hanya menjadi ajang konsolidasi internal, tetapi juga forum untuk memberi masukan kepada pemerintah agar penyelenggaraan ibadah haji ke depan makin berkualitas, inklusif, dan berorientasi pada ibadah yang mabrur.

Menurut Cepi, tugas utama KBIHU bukan mengurus layanan teknis seperti hotel, katering, atau transportasi, melainkan fokus pada aspek substansial ibadah.

“Survei kepuasan jemaah seringkali lebih menyoroti fasilitas. Padahal, esensi haji adalah ibadah. Di sinilah kehadiran KBIHU menjadi krusial, mengisi relung yang seringkali luput dari perhatian,” ujar Cepi.


Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR